10 April 2009

Sesuatu Tentang Efisiensi. (GEOGRAFI)

-gunakan seperlunya, seoptimal mungkin.

Sumber daya alam di sekitar kita senantiasa digunakan dan dimanfaatkan, yang tujuannya untuk membuat kehidupan kita senantiasa lebih baik dan lebih mudah. Tapi, seringkali kita mengalami, bahwa dalam pemanfaatannya, kita harus mengorbankan begitu banyak hal. Setidaknya 2 hal penting dalam kehidupan kita saat ini.

Pertama, adalah ketika kita memilih untuk memanfaatkan sda tertentu, maka kesempatan kita untuk menggunakan tempat tersebut untuk potensi lain yg dimiliki pada tempat tersebut, otomatis tertutup dan tidak dapat digunakan. Contohnya, ketika pada sebuah lahan yang subur, digunakan untuk pembangunan perumahan, maka kita kehilangan kesempatan untuk melakukan aktivitas pemanfaatan SDA, baik berupa perkebunan atau pertanian pada tempat yang tadi kita pilih sebagai tempat membangun perumahan.

Kedua adalah lingkungan itu sendiri. Ketika ada pemanfaatan SDA berupa pertambangan maupun industri skala besar, yang jelas-jelas hanya mau mengambil tanpa mau merawatnya kembali pada umumnya. maka bukan tidak mungkin efek samping yang ditimbulkannya akan menganggu stabilitas ekosistem di tempat itu.

Pembalak hutan liar, yang terus menggunduli hutan Indonesia di Kalimantan, sebuah gambaran yang amat menyedihkan. Pohon-pohon itu terus ditebangi, yang tujuannya apa lagi kalau bukan masuk kantong-kantong pribadi, pribadi-pribadi yang rakus tanpa logika maupun hati nurani. Bahkan, mereka rela membunuh gajah-gajah patroli di hutan-hutan lindung di Indonesia demi pembalakan hutan illegal yang lebih lancar.

Jika tujuannya bukan sekadar kebutuhan semata, tapi sudah menjurus kepada unsur keserakahan manusia yang tidak ada habisnya. Kalau sudah begini, namanya bukan pemanfaatan lagi, melainkan eksploitasi lingkungan dan SDA.

Sudah saatnya kita menyadarkan orang-orang masa kini, bahwa pepatah yang dituliskan pada tahun 1897, oleh seorang bangsawan Inggris, yang muncul karena maraknya keserakahan para kaum bangsawan atas SDA yang ada di tanah-tanah jajahannya. Isinya kira-kira seperti ini: " The world can satisfy our needs, but not our greed. " Yang berarti bahwa dunia tentunya bisa mencukupi kebutuhan kita untuk hidup, tetapi tidak akan pernah cukup untuk memenuhi keserakahan manusia yang tidak ada habisnya.

Pemanfaatan SDA, yang mementingkan profit semata, atau unsur praktisnya saja, telah membuat kita semua menjadi buta, dibutakan oleh nafsu material semata.
Sudah saatnya kita membuka mata, kita sudah melakukan begitu banyak pengorbanan untuk memperoleh hasil dari SDA, mengapa tidak mulai dari sekarang kita memanfaatkan SDA yang tujuannya untuk mempermudah kehidupan kita itu semaksimal mungkin?

Haruskah setiap orang punya kendaraan pribadi- yang notabene penghasil polusi yang cukup besar peranannya di dalam proses penggelembungan gas CO2 di atmosfer, yang membuat bumi terasa semakin panas, dari hari ke hari. Mulai dari sisa pembakarannya, sampai gas freon yang dilepaskan ke udara setiap detiknya agar kita yang didalam mobil tetap merasa sejuk?

Cobalah gunakan transportasi umum, jangan pikirkan kenyamanannya saja, tapi pikirkan, apa yang bisa anda sumbangkan buat bumi kita ini, agar ia bisa bertahan lebih lama dan mempertahankan kondisinya, kondisi yang cocok untuk manusia agar kita terus dapat tinggal diatasnya tanpa harus memikirkan apakah nanti manusia harus migrasi ke planet lain?

Bayangkan saja, jika pada pemanfaatan SDA yang sewajarnya saja kita harus mengorbankan begitu banyak hal berharga, apalagi jika ketamakan manusia sudah masuk didalamnya. Bukan tidak mungkin jika kita harus mengorbankan satu hal lagi : kehidupan. Baik itu kehidupan dari manusia, maupun flora dan fauna di dunia ini. Jadi akankah kita membiarkan semua ini terus terjadi?

"live your life like you'll never live it twice, do the best you could do, so in the end, you wont have to regret what you've done in the old days."-Robin K XIS2/31-

NOTE: Seluruh isi dari ARTIKEL ini, terjamin keasliannya dan orisinalitas-nya, tanpa unsur plagiarisme, dan murni ungkapan keprihatinan TS(Thread Starter) atas pemandangan-pemandangan tandus di daerah yang dulunya begitu sejuk dan hijau (gak ada unsur copas kecuali quotation-quotation yg gak mungkin murni pemikiran gw -ya iyalah- ).
Daerah puncak aja uda gak sedingin dulu, bandung aja uda panas bener, pdhl dulu pas gw masih sd, bandung kalo siang pun anginnya enak bgt, sejuk2, skrg? cobain aje ndiri kalo siang uda kyk apa.

1 komentar: